Jumat, 24 September 2010

Notebook Intel Core i3

Karir Gilberto Silva seperti berada di jalur menurun ketika ia hanya bermain 18 kali di kompetisi Liga Primer Inggris musim 2007-2008. Arsene Wenger lebih memilih Mathieu Flamini untuk mendampingi Cesc Fabregas di lini tengah Arsenal. Tahun berikutnya, ia pun ditransfer ke klub Yunani, Panathinaikos. Dengan usia 34 tahun, Silva dianggap sudah tidak bisa lagi bersaing di liga elit dunia.
Namun Dunga berpendapat lain. Pelatih Brazil ini tetap memanggil Silva untuk Piala Dunia kali ini, bahkan menjadikannya sebagai pemain inti. Bersama Lucio dan Kaka, Silva adalah tiga pemain yang tersisa dari pasukan Brazil saat menjadi juara dunia di tahun 2002. Dan sepertinya karena Silva juga, Brazil menjadi tim dengan rata-rata usia tertua di Piala Dunia 2010 ini.
Dunga sepertinya adalah pelatih yang percaya adigium lama: don’t change the winning team. Toh meski rata-rata pemainnya gaek, materi tim inilah yang berhasil menjuarai Copa America 2007 dan Piala Konfederasi 2009.
Dalam konteks yang mirip, hal itulah yang dilakukan Intel untuk mengembangkan mikroarsitekturnya. Setelah kesuksesan Nehalem, pengembangan mikroarsitektur Intel praktis mengambil formula yang sama: masukkan sebanyak-banyaknya komponen ke dalam prosesor. Pada Nehalem, Intel memasukkan memory controller ke dalam prosesor. Pada mikroarsitektur penerus yang disebut Westmere, Intel memasukkan chip grafis ke dalam prosesor.
Ada banyak keuntungan yang didapat dari strategi “kumpulkan semua di prosesor” ini. Pertama, alur kerja antar komponen bisa berjalan lebih cepat karena semua komponen berkumpul di satu area. Keuntungan lain, kebutuhan akan komponen lain di luar prosesor akan semakin minim sehingga tercipta platform yang lebih sederhana dan hemat daya.

0 komentar: